Hari ini masih 29 Desember 2012, masih dua hari lagi tersisa di tahun dua puluh dua belas. Ditengah kejemuan mengerjakan laporan Ecological Social Mapping tiba-tiba terlintas mengenang apa yang telah gue lakuin setahun ini. Ternyata tahun ini banyak target selama kuliah yang terlaksana. Diantaranya bisa menapakan kaki di puncak tertinggi di Jawa Barat, Backpackeran sampai Bali, dan Nama gue masuk di papan pengumuman Perpustakaan LSI IPB. Nah, yang terakhir sudah menjadi angan-angan gue sejak smester 3. *Setiap tahun LSI IPB selalu mengumumkan 10 pengunjung terbaik dengan peminjaman buku terbanyak, dan ada hadiahnya. Ceritanya panjang buat nama gue masuk daftar pengumuman di LSI.
kita mulai saja.....
Januari 2012
Bulan ini, seperti biasa tahun baruan di Bogor tercinta sambil persiapan ujian akhir smester (UAS) smester 5. Kalau dulu ada istilah SKS buat ujian, sekarang sudah ada jurus baru yaitu the power of kepepet, Sistem kebut sejaman. Percaya atau tidak, otak akan bekerja berlipat-lipat saat waktu sudah mendekati injury time. Begitupun saat ujian. sesuai prinsip gue, kalau bisa dapat A dengan 75 kenapa harus 99 kalau dengan 75 kita masih bisa main, nonton TV ataupun tidur nyenyak. Persiapan yang ala kadarnya, hasilnya IP smester 5 pun merosot [lagi].
Selesai UAS, gue dan ketiga teman gue langsung persiapan buat hajatan besar kita. Rencana backapackeran sudah kita rencanakan matang-matang sejak awal smester 5. rencana awalnya Bogor-Jogja-Rinjani-Bali. namun, ketika bulan Desember, kita dapat kabar langsung dari petugas TN Gunung Rinjani yang juga alumni Fakultas Kehutanan IPB kalau TNGR tutup dari Desember sampai April. Rinjanipun batal. Ancang-ancang mencari pelipur lara karena persiapan sudah matang, rundown perjalanan ke Rinjani telah dibuat, dicari alternatif gunung lainnya. Sempat muncul nama Bromo, namun akhirnya kita putuskan backpackeran hanya sampai Bali saja. Anggota tim awalnya berlima, gue, +pardi azinuddin, +Asraf luis vela , +widhy satrio , dan +Lutfi Hersandi. Tapi karena dibukanya kelas smester pendek msta kuliah Dasar-dasar Kebijakan Kehutanan, Lutfi batal ikut dan memilih mengulang dasbikhut yang pernah kami ambil dulu smester 3.
18 Januari kita putuskan memulai perjalanan dengan kereta api ekonomi dari Stasiun Senen ke Stasiun Lempuyangan. Hari itu yang berangkat dari Bogor cuma Gue dan Pardi, sedangkan Widhy dari Depok dan yang terakhir Asraf ketemuan langsung di St.Senen. Ketika naik KRL dari Bogor ke Jakarta serasa naik kereta api di Jepang. Sore itu penumpang sangat sepi, banyak orang yang duduk dengan nyaman sambil baca koran dan buku.
Apa yang kami lakukan ini mirip-mirip sama film "5 cm". (hahahaha, maksa)
Apa yang kami lakukan ini mirip-mirip sama film "5 cm". (hahahaha, maksa)
"Lu dimana Sraf ?" SMS gue
" Gue di depan tanda NO SMOKING" balas Asraf
Busset dah, tanda NO SMOKING ada dimana-mana. dengan begitu susahnya akhirnya kami berempat berhasil bertemu sebelum kereta berangkat pukul 20.30. Ini merupakan pengalaman pertama gue naik kereta api selain KRL, dan beruntungnya saat itu sudah diterapkannya kebijakan semua penumpang duduk di kursi. Kesan pertama naik Kereta ekonomi dengan harga tiket Rp.35.000 menurut gue nyaman dan asik, Indonesianya berasa banget dengan penjual asongan dengan kekhasan masing--masing daerah.
Jogja
Keesokan harinya kami sudah sampai di Stasiun Lempuyangan. Mengantisipasi tiket habis berhubung masa liburan mahasiswa, kita langsung membeli tiket kereta menuju Banyuwangi (KA Sri Tanjung). Harganya sama seperti tiket Jakarta - Jogja. Dua hari di Jogja, kami hanya keliling Malioboro dan Borobudur. Gue sudah 2x ke Borobudur, dari Ajaib sampai tidak Ajaib lagi. Maksudnya, dulu waktu SMA Borobudur masuk 7 Keajaiban Dunia sesuai bahan ajar waktu SD dulu sedangkan sekarang menurut New7Wonders.com Borobudur tidak ajaib lagi. Di Jogja, beruntung dapat tempat menginap gratis di Kontrakan teman SMA Asraf, anak Teknik Fisika UGM. Kontrakannya di daerah Condong Catur, Depok Sleman. Jauh parah,,, dan gue heran kenapa banyak mahasiswa yang ngekost di daerah itu, menilik letak kampus UGM yang jauh dari kawasan itu. Belum lagi kendaraan umum di Jogja yang susah, hanya Trans Jogja yang bisa diandalkan, namun jam operasinya terbatas sampai jam 9 malam. Kalau tidak punya kendaraan pribadi, repot juga. Bandingkan dengan anak IPB yang kost-kostannya mengepung kampus. paling jauh hanya 1x naik angkot sekitar 5 menit, kawasan Cibanteng. Angkot Bogor sangat amat bisa diandalkan dengan jam operasi yang 24 jam dan tidak harus menunggu penuh sopirnya sudah jalan.
Dua hari berselang di Jogja, 21 Januari pagi kita sudah bergegas ke Stasiun Lempuyangan untuk naik KA Sri Tanjung menuju Banyuwangi. Berangkat pukul 7 pagi. Perjalanan Jogja-Banyuwangi cukup asik, merasakan nuansa jawa ala kereta. Mulai dari pedagang yang unik di setiap stasiunnya. Mulai dari Madiun-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Jember-Banyuwangi. Sekitar pukul 19.45 kereta sampai Banyuwangi. Selama perjalanan, kami mendapatkan teman baru. Kebetulan, teman satu kursi kami adalah mas-mas mahasiswa UIN Kalijaga yang jenaka, dan satu lagi Mahasiswa UII yang pulang kampung ke Jember. Sesampai di Banyuwangi, kami putuskan untuk istirahat di Masjid yang berada di dekat Pelabuhan Ketapang. Bagi yang sering nyebrang ke bali, pasti tahu masjid itu. Sebenarnya ada larangan tidur di Masjid, tapi berhubung tidak ada yang jaga, ya apa mau dikata, sekalian isi ulang batrai HP. Tips hemat menuju Denpasar, jangan naik bus dari pelabuhan Ketapang (Banyuwangi), tapi naiklah saat tiba di pelabuhan Gilimanuk (Bali). Saat itu harga bus dari Ketapang Rp 80.000, sedangkan kalau naik dari Gilimanuk hanya Rp 20.000, tapi ekonomi tanpa AC, tapi menurut gue ini jauh lebih asik. Tiket penyebrangan hanya Rp 6.500. Waktu yang tepat berangkat naik bus ke Denpasar adalah sekitar pukul 3 pagi. Selama perjalanan akan mendapat bonus sunrise bali yang muncul dari persawahan di sekitar kabupaten Negara, it's so amazing. Salah satu surga dunia bisa menikmati pemandangan bali dipagi hari.
Sesampai di Bali, lagi-lagi dapat tumpangan gratis. kali ini kakak Kelas Pardi yang berbaik hati menyediakan kamarnya untuk diisi lima orang. empat hari di Bali, dan kami sangat berucap terimaksih untuk Mas Suri, mahasiswa Udayana. Bali, seperti jogja, angkutan umum sangat susah. apa boleh buat, kamipun menyewa motor selama dua hari. penyewaan motor hanya terkonsentrasi di kawasan Kuta Bali, sedangkan kostan mas Suri berada di kawasan jalan Sudirman, Denpasar. Alhasil, kita harus naik Taksi ke Kuta. Berhubung kami berempat, argo 50ribu terasa tidak terlalu mahal. Sewa motor 50rb/hari. cukup dua motor, sehingga total masing-masing kena 60rb sudah termasuk bensin dua hari.
Sesampai di Bali, lagi-lagi dapat tumpangan gratis. kali ini kakak Kelas Pardi yang berbaik hati menyediakan kamarnya untuk diisi lima orang. empat hari di Bali, dan kami sangat berucap terimaksih untuk Mas Suri, mahasiswa Udayana. Bali, seperti jogja, angkutan umum sangat susah. apa boleh buat, kamipun menyewa motor selama dua hari. penyewaan motor hanya terkonsentrasi di kawasan Kuta Bali, sedangkan kostan mas Suri berada di kawasan jalan Sudirman, Denpasar. Alhasil, kita harus naik Taksi ke Kuta. Berhubung kami berempat, argo 50ribu terasa tidak terlalu mahal. Sewa motor 50rb/hari. cukup dua motor, sehingga total masing-masing kena 60rb sudah termasuk bensin dua hari.
Bali
Hari pertama di Bali, kami hanya beristirahat di kostan mas Suri. sore harinya kami menyusuri kawasan Renon. Ketika dalam perjalanan ke lapangan Renon, terlihat rumah makan berwarna kuning yang tak asing bagiu kami. Percaya atau tidak, itu adalah Warung Steak. Jujur, selama di Bali kami cukup kesulitan mencari makanan walaupun banyak "warung jawa". Selama tiga malam berturut-turut, WS selalu disambangi.
Hari Kedua di Bali, berangkat ke Kuta untuk sewa motor. Setelah meminta peta Bali di Tourism Information. kami melanjutkan perjalanan ke kawasan Nusa Dua. Hotel mewah berdiri di kanan dan kiri sepanjang Nusa Dua. namun, yang sulit di pantai Nusa Dua adalah fasilitas untuk solat. Kami harus keluar kawasan pantai untuk mencari masjid yang letaknya cukup tersembunyi. Perjalanan dilanjutkan ke Pura Uluwatu. Ditengah jalan menuju uluwatu, hujan turun dengan deras. kamipun memutuskan untuk berteduh di warung pinggir jalan. Disebelah kami, ada warga bali yang akan menyaksikan pertunjukan tari kecak. Dari beliaulah kami tahu bahwa harga tiket menonton pertujukan kecak sebesar 75rb. Wow......
Berhubung budjet yang terbatas kami hanya menikmati pura uluwatu yang berdiri ditepi tebing pantai yang cadas. Harga tiket masuk uluwatu sebenarnya sama antara Wisatawan Domestik dan Mancanegara, yaitu Rp 3.000, namun perlakuan terhadap wisatawan domestik sangat diskriminasi. Mungkin, teman-teman yang pernah ke Bali juga merasakannya dan pasti mengerti apa yang saya maksud. Pulang dari Uluwatu, sore hari sambil menikmati pantai Bali di kawasan Jimbaran yang aduhaiii. namun, ditengah perjalanan, terjadi kemacetan ketika ada atap salah satu rumah/villa di pinggir jalan yang terbang dan mengganggu lalu lintas jalan. Wajar, karena sore itu hujan di Bali sangat deras disertai angin yang kencang.
Hari ketiga, kami bersiap menuju utara Bali. Target kami adalah Danau Batur. Bermodal kompas dan peta Bali. kami berangkat ke utara Bali. Pemberhentian pertama adalah pasar Sukawati. Pasar ini terkenal karena menjual souvenir khas Bali dengan harga super miring. Kemampuan tawar menawar sangat dibutuhkan disini. Hari ketiga ini petualangan sangat menantang. ketika dalam perjalanan ke danau Batur, kami salah mengambil arah jalan, seharusnya belok kiri kami tetap lurus. Awalnya gue ragu ini jalan yang benar atau bukan, karena jalan yang kami lalui kecil, berlubang, dan sepi tanpa rambu lalu lintas. ternyata kami salah jalan, memang benar menuju danau batur tapi melewati pedalaman. Alhasil, kamipun sempat dikejar anjing Kintamani yang mengejar meskipun menggunakan motor. Sepanjang perjalanan, panorama Ubud yang aduhai sangat menghipnotis mata. Permadani hijau sawah dengan teras siring yang bertingkat merupakan daya tarik utara Bali. Setelah sekitar 2,5 Jam, kami pun sampai di Danau Batur, meskipun dengan rute yang tidak biasa. Danau Batur yang berdampingan dengan gunung Batur sangat elok dan menawan. Ditengah perjalanan menuju Danau Batur, kami sempat diberhentikan oleh ibu-ibu yang memanjatkan doa kepada kami. Kening kami dikasih beras sambil mengucapkan doa-doa ala Bali. Awalnya gue sempat takut, eh ternyata banyak cara orang untuk mencari duit. Kreatif dan cenderung memaksa, tapi tidak apalah, si ibu minta sejumlah rupiah atas itu.
Ternyata danau Batur lebih indah dinikmati dari atas dari pada ketika kami putuskan untuk turun ke bawah. Pulang dari danau Batur, kami putuskan ke istana Tampak Siring. Dosen kami yang asli Bali sering menceritakan istana ini dan mengapa Soekarno senang beristirahat di Istana ini. Namun ternyata untuk bisa masuk kedalam istana harus membuat surat izin masuk terlebih dahulu dan tidak boleh memakai celana pendek. Hari itu, semua dari kami mengenakan celana pendek kecuali Widhy. Disana kami hanya menjumpai ibu-ibu penjual souvenir yang cenderung memaksa kami untuk membeli. Sebenarnya kasihan melihatnya karena pengunjung yang sepi, hari itu cuma ada kami dan sekitar 4 orang yang juga tidak bisa masuk. Ibu-ibu pedagang itu terus memaksa kami, apa mau dikata, dana terbatas dan sudah belanja Souvenir di Pasar Sukawati. Hanya permintaan maaf yang bisa diberikan. Hehehe.
Ternyata danau Batur lebih indah dinikmati dari atas dari pada ketika kami putuskan untuk turun ke bawah. Pulang dari danau Batur, kami putuskan ke istana Tampak Siring. Dosen kami yang asli Bali sering menceritakan istana ini dan mengapa Soekarno senang beristirahat di Istana ini. Namun ternyata untuk bisa masuk kedalam istana harus membuat surat izin masuk terlebih dahulu dan tidak boleh memakai celana pendek. Hari itu, semua dari kami mengenakan celana pendek kecuali Widhy. Disana kami hanya menjumpai ibu-ibu penjual souvenir yang cenderung memaksa kami untuk membeli. Sebenarnya kasihan melihatnya karena pengunjung yang sepi, hari itu cuma ada kami dan sekitar 4 orang yang juga tidak bisa masuk. Ibu-ibu pedagang itu terus memaksa kami, apa mau dikata, dana terbatas dan sudah belanja Souvenir di Pasar Sukawati. Hanya permintaan maaf yang bisa diberikan. Hehehe.
Kompas dan Peta sangat membantu menujukan arah, apakah belok atau lurus. Rambu penunjuk arah sebenarnya sudah banyak. namun, seringkali tidak terlihat karena tertutup billboard ataupun iklan lainnya. Sempat terjadi pertdebatan di antara kami, apakah pulang ke Denpasar ataukah ke Bedugul. Sebenarnya hari masih siang, namun karena perjalanan yang jauh. berberapa dari kami berpendapat pulang ke Denpasar saja. Dengan berat hati, Asrafpun menerima keputusan pulang. Malam harinya kamipun ke WS lagi. WS selalu ramai dan isinya di dominasi orang-orang yang berasal dari Jabodetabek sama seperti kami.
Hari Keempat di Bali, kami ke Kuta guna mengembalikan motor sambil menyusuri jalan Legian-Kuta. Menikmati kuta di Malam Hari kami lakukan di malam sebelumnya, karena dana yang terbatas yang kami beli hanya es cream Mc.D yang harganya 5Rban. Jauh-jauh ke Bali tetap Beli McD. Hari ini merupakan hari terakhir kami di Bali, Sore harinya kami sudah harus menyebrang ke pulau Jawa lagi.
Bersambung........
Madiun-Semarang-Jepara-Cirebon-Sumedang.
Total dana
Angkot Bogor: Rp 5.000
Tiket KRL: Rp 7.000
Bus Way: Rp 3.500
Kereta Api: Jakarta-Jogja-Banyuwangi : Rp 75 000
Transjogja 4X: Rp 12.000
Angkot Jogja-Borobudur PP: Rp 30.000
Tiket Masuk Borobudur: Rp 30.000
Makan selama di Jogja 7 x 8rb: Rp 56.000
Oleh-oleh di Jogja : Rp 20.000
Penyebrangan PP : Rp 13.000
Angkot Gilimanuk-Denpasar PP : Rp 20.000
Taksi selama di Bali 3X: Rp.130.000/4= @ Rp 32.500
Sewa Motor di Bali 2 hari + Bensin : @ Rp 60.000
Makan selama di Bali 10 x 12rb: Rp 120.000
Oleh-oleh di Bali: Rp. 30.000
Angkot di Bali 1x: Rp 8.000
Jajan selama di Perjalan : Rp 28.000
Total Rp. 550.000